Demak, Gatra.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar disebut sebagai sosok yang pantas untuk mewakili Nahdlatul Ulama (NU) dalam kontestasi Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Pengasuh pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak, Jawa Tengah KH Munif Zuhri dalam "Rembug Kebangsaan Kiai Sepuh Nahdlatul Ulama se Jawa" di Pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Kamis (18/5).
Bahkan Mbah Munif menyatakan kesiapannya untuk sama-sama berjuang bersama Gus Muhaimin. "Ini bagian menyuarakan aspirasi saya, agar kepemimpinan di negeri ini ada keterwakilan NU. Siapa lagi? Meniko, Gus Muhaimin Iskandar," ujarnya dalam "Rembug Kebangsaan Kiai Sepuh Nahdlatul Ulama se-Jawa" di Pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak, Kamis (18/5).
Baca Juga: Cak Imin Instruksikan Caleg Curi Hati Rakyat
Abdul Muhaimin Iskandar juga hadir dalam acara itu. Adapula Ketua DPW PKB Jateng KH M Yusuf Chudlori. Sejumlah kiai yang hadir di antaranya, KH Badawi Basyir dari Kudus, KH Hanif Ismail (Semarang), KH Nur Hidayatullah (Wonosobo), KH Musyafa Zein (Grobogan), dan KH Anis Maftuchin (Semarang), serta ratusan Kyai Pengasuh Pondok Pesantren.
Sejumlah Anggota DPR RI Fathan Subhi, KH Alamudin Dimyati Rois, Marwan Jafar, Abdul Kadir Karding juga hadir. Dari DPRD Jateng, tampak Wakil Ketua H Sukirman, Fuad Hidayat, Abdul Hamid, Ida NS, Zein Adv, Deni Septivian, Chamim Irfani, Rosidah, dan Ketua FPKB Syarif Abdillah
Bagi Mbah Munif, sosok Gus Muhaimin memenuhi berbagai persyaratan untuk memimpin negeri ini. "Saya minta doa restunya. Semoga aspirasi ini bagian dari perjuang ke NU-an saya," tegasnya.
Apakah harus menjadi Capres atau Cawapres, Mbah Munif menyerahkan sepenuhnya kepada Gus Muhaimin. "Beliau yang akan rembugan sendiri (dengan parpol pengusung). Yang penting sosok dari NU hadir. Saya hanya matur I love you, aku padamu," ujar Mbah Munif di depan Gus Muhaimin dan peserta yang hadir.
Mbah Munif pun menyambut baik rembugan seperti ini. Sebab ini bagian dari menyampaikan aspirasi. "Saya tidak mengecilkan peran NU maupun badan otonomnya. Tapi warga NU juga harus bersuara agar ada keterwakilan NU di perhelatan besar negara ini," terangnya.
Mbah Munif pun sudah berbicara dengan sejumlah kiai lain. Ini bagian dari dirinya ikut berkiprah. "Karena ini barangkali menjadi kewajiban bersama, dan ada respon baik dari apa yang saya sampaikan itu," jelasnya.
Kiai, kata Mbah Munif, juga harus berkiprah langsung dengan masyarakat. Dia menyebut, para Walisongo tak hanya di pesantren dan sekadar memberi pengajian. "Tapi berkiprah aktif di masyarakat. Termasuk berpolitik. Tidak ada buruknya. Karena tujuan utama politik adalah menyelamatkan ummat dunia akhirat," jelasnya.
Sehingga, katanya, itu merupakan kewajiban bersama, termasuk dari para kiai. "Sekali lagi agar umat selamat dunia hingga akhirat," jelasnya.
Mbah Munif pun mengajak para kiai untuk memaknai tawassut secara jelas. Tawassuth (netral), katanya, bukan berarti tidak ikut terlibat. "Justru kiai harus ikut bergerak, berkiprah. Gak hanya di pinggiran. Jadi ulama juga ikut menyelamatkan umat secara langsung," katanya.
PKB, lanjut Mbah Munif, didirikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama kasepuhan NU saat itu. "Karenanya memperjuangkan partai ini, juga bagian memperjuangkan Mbah Hasyim. Agar NU terus hadir dalam situasi apapun. Ini runutan saya," katanya.
Baca Juga: PKB Dukung Kenaikan Honor Pendamping Desa
Kiai asal Kota Semarang KH Hanif Ismail menyatakan, apa yang disampikan Mbah Munif sudah jelas. Sebagai jamiyah (organisasi), NU memang tidak mengurus politik praktis.
"Tapi sebagai jamaah, boleh. Utamanya dalam menentukan pemimpin di negeri ini, baik Eksekutif maupun Legislatif," ujarnya.
Kiai Hanif pun setuju dengan sosok Gus Muhaimin. Dia tahu betul, Gus Muhaimin berangkat dari keluarga, bahkan keturunan salah satu pendiri NU. "Saya hanya nderek. Bagaimana kita mengupayakan, dan ikut terlibat," imbuhnya.
Kiai asal Wonosobo KH Nur Hidayat berharap yang belum PKB segera masuk PKB. "Mari kita semua mendoakan, mendorong, dan mendukung Gus Muhaimin sebagai Capres atau Cawapres. Budhal Gus," tegasnya.
Dia juga menegaskan, kiai jangan sampai netral. Sebab itu malah tidak bijaksana. "Tapi sebagai solusi. Jangan sampai misalnya, ada warganya bertengkar, lalu kiai bilang saya netral," sebutnya.